Sabtu, 23 Maret 2013

Tafsir Tujuan Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
    Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab. Sebab, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan.
    Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan nilai-nilai kebaikan, spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Bahkan kondisi sebaliknya yang terjadi. Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi industri bisnis, yang memiliki visi dan misi yang pragmatis. Pendidikan diarahkan untuk melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang akan memakmuran diri, perusahaan dan Negara.
    Pendidikan dipandang secara ekonomis dan dianggap sebagai sebuah investasi. Gelar dianggap sebagai tujuan utama, ingin segera dan secepatnya diraih supaya modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai individu-individu yang beradab. Pendidikan yang bertujuan pragmatis dan ekonomis sebenarnya merupakan pengaruh dari paradigma pendidikan Barat yang sekular.
    Dalam makalah ini penulis berusaha menggali dan mendeskripsikan tujuan pendidikan dalam Islam secara induktif dengan melihat dalil-dalil naqli yang sudah ada dalam al-Qur’an maupun al-Hadits, juga memadukannya dalam konteks kebutuhan dari masyarakat secara umum dalam pendidikan, sehingga diharapkan tujuan pendidikan dalam Islam dapat diaplikasikan pada wacana dan realita. Dalam menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an diperlukan ilmu yang luas. Maka dalam makalah ini akan di coba menguraikan tafsir tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan tujuan pendidikan yaitu pada: Q.S. Al-Hajj [21] : 41, dan Q.S. Al-Dzariyat [51]: 56.

BAB II
PEMBAHASAN TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN
A.    Kandungan Al-Qur’an Surat Al-Hajj [22] Ayat 41
1.    Teks Ayat dan Terjemah
  ••      •            
41. (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Q.S. Al-Hajj:41)
2.    Pengertian Global
    Ayat ini menerangkan tentang keadaan orang-orang yang diberikan kemenangan dan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi: yakni Kami berikan mereka kekuasaan mengelola satu wilayah dalam keadaan mereka yang merdeka, niscaya mereka melaksanakan shalat secara sempurna rukun, syarat, dan sunnah-sunnahnya dan mereka juga menunaikan zakat sesuai kadarnya. Serta mereka menyuruh anggota masyarakatnya agar berbuat yang ma’ruf serta mencegah dari yang munkar.
    Ayat di atas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang diidamkan Islam, kapan dan di manapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah melalui masyarakat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:
a.    Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran.
b.    Mewujudkan manusia yang selalu bertawaqqal pada Allah
3.    Penjelasan Ayat
    Di zaman era globalisasi ini pendidikan sangatlah penting bagi manusia, pendidikan adalah salah satu sarana bagi seseorang untuk menata hidupnya sedemikian rupa. Tapi dilihat dari kenyataannya, pendidikan di zaman modern ini tidak mampu membuat kehidupan sosial yang bermoral. Telah banyak institusi-institusi yang bergerak di bidang pendidikan yang memiliki fasilitas dan kualitas yang bagus, ternyata belum bisa menciptakan manusia-manusia yang beradab. Ini dikarenakan institusi-institusi pendidikan banyak menerapkan visi dan misi pragmatis yang dibawa dari Negara bagian barat. Tidak ada lagi penanaman nilai-nilai spiritual, kebaikan dan bermoral didalam institusi tersebut.
    Sekarang, institusi-institusi pendidikan kebanyakannya telah berubah menjadi industri bisnis yang mengajarkan manusia untuk bekerja supaya memperoleh kesenangan dan kemakmuran diri sendiri, perusahaan dan Negara, sehingga nilai-nilai moral sebagai manusia tak pernah diajarkan. Dan kaum muslimin pun telah terkena dampak dari pengaruh hegemoni dunia barat tersebut. Banyak kaum muslimin yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi mereka tidak bisa menjadi muslim yang berakhlak mulia. Ini dikarenakan institusi pendidikan tempat mereka belajar dahulu menerapkan visi dan misi pragmatis.
    Inilah saatnya kita kembali kepada rujukan yang tidak ada cacatnya yaitu Al-Qur’an. Al-Quran ternyata lebih memiliki sistem yang komprehensif dan integritas dibandingkan sistem pendidikan dunia barat. Islam mempunyai tujuan utama yaitu “mendapatkan ridho Allah S.W.T”. dan diharapkan dengan diterapkan tujuan ini di dalam pendidikan, manusia bisa menjadi orang-orang yang bermoral, mempunyai kualitas, dan bermanfaat, tidak hanya buat diri sendiri tetapi juga buat keluarga, masyarakat, Negara, bahkan untuk umat manusia sedunia dengan landasan mendapatkan ridho Allah S.W.T.
    Abdul Fatah Jalal menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang dapat dilihat dari surat Al hajj ayat 41:
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”.
    Ayat ini mengemukakan tentang tujuan pendidikan yang membentuk masyarakat yang diidam-idamkan, yaitu mempunyai pemimpin dan anggota-anggota yang bertakwa, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, menegakkan nilai-nilai ma’ruf (perkembangan positif) dalam masyarakat dan mencegah perbuatan yang munkar.
    Untuk itu hendaklah kita benahi pendidikan kita yang telah terpedaya dengan sistem yang dibuat oleh dunia barat. Dari sekarang hendaklah kita pada umumnya dan pendidik pada khususnya merubah tujuan pendidikan kita, yaitu untuk “mendapatkan ridho Allah S.W.T. dan menjadi hamba Allah yang patuh terhadap perintah-Nya”. apabila tujuan kita berlandaskan dengan ini, maka dunia akan terjamin keselamatannya, dan manusia akan mempunyai moral yang berakhlak mulia. Sehingga dapat kita capai tujuan akhir dari pendidikan seperti yang dikatakan oleh Muhammad Athiyah al- Abrasyi, yaitu: Terbinanya akhlak manusia. Manusia benar-benar siap untuk hidup didunia dan diakhirat. Ilmu dapat benar-benar dikuasai dengan moral manusia yang mantap dan manusia benar-benar terampil bekerja di dalam masyarakat.
B.    Kandungan Al-Qur’an Surat al-Dzariyat [51] ayat 56
1.    Teks Ayat dan Terjemah
        
56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S. Al-Dzariyat:56)
2.    Pengertian Global
    Ayat di atas menggunakan bentuk persona pertama (Aku). Ini bukan saja bertujuan menekankan pesan yang di kandungnya tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa perbuatan-perbuatan Allah tidak melibatkan malaikat atau sebab-sebab lainnya. Di sini penekanannya adalah beribadah kepada-Nya semata-mata, maka redaksi yang digunakan berbentuk tunggal dan tertuju kepada-Nya semata-mata tanpa memberi kesan adanya keterlibatan selain Allah SWT. Didahulukannya penyebutan kata al-jin (jin) dari kata al-ins (manusia) karena jin lebih dahulu diciptakan Allah dari pada manusia.
    Kaitannya dengan tujuan pendidikan itu sendiri dapat kita pahami sebagai berikut:
a.    Pertama, kemantapan makna penghambaan diri kepada Allah dalam hati setiap insan. Tidak ada dalam wujud ini kecuali satu Tuhan dan selain-Nya adalah hamba-hamba-Nya.
b.    Kedua, Mengarah kepada Allah dengan setiap gerak pada nurani, pada setiap anggota badan dan setiap gerak dalam hidup. Semuanya mengarah hanya kepada Allah secara tulus. Dengan demikian, terlaksanalah makna ibadah.
3.    Penjelasan Ayat
    Ayat ini dengan sangat jelas mengabarkan kepada kita bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain hanyalah untuk “mengabdi” kepada Allah SWT. Dalam gerak langkah dan hidup manusia haruslah senantiasa diniatkan untuk mengabdi kepada Allah. Tujuan pendidikan yang utama dalam Islam menurut Al-Qur’an adalah agar terbentuk insan-insan yang sadar akan tugas utamanya di dunia ini sesuai dengan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid. Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata.
    Ibadah dalam pandangan ilmu Fiqh ada dua yaitu ibadah mahdloh dan ibadah ghoiru mahdloh. Ibadah mahdloh adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah bentuk, kadar atau waktunya seperti halnya sholat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah ghoiru mahdloh adalah sebaliknya, kurang lebihnya yaitu segala bentuk aktivitas manusia yang diniatkan untuk memperoleh ridho dari Allah SWT.
Segala aktivitas pendidikan, belajar-mengajar dan sebagainya adalah termasuk dalam kategori ibadah. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW :
طلب العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة (رواه ابن عبد البر)
“Menuntut ilmu adalah fardlu bagi tiap-tiap orang-orang Islam laki-laki dan perempuan” (H.R Ibn Abdulbari)
من خرج فى طلب العلم فهو فى سبيل الله حتى يرجع (رواه الترمذى)
 “Barangsiapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali”. (H.R. Turmudzi)
    Pendidikan sebagai upaya perbaikan yang meliputi keseluruhan hidup individu termasuk akal, hati dan rohani, jasmani, akhlak, dan tingkah laku. Melalui pendidikan, setiap potensi yang di anugerahkan oleh Allah SWT dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk menjalankan fungsi sebagai khalifah di muka bumi. Sehingga pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting tidak hanya dalam hal pengembangan kecerdasannya, namun juga untuk membawa peserta didik pada tingkat manusiawi dan peradaban, terutama pada zaman modern dengan berbagai kompleksitas yang ada.
    Dalam penciptaaannya, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan dengan dua fungsi, yaitu fungsi sebagai khalifah di muka bumi dan fungsi manusia sebagai makhluk Allah yang memiliki kewajiban untuk menyembah-Nya. Ketika Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi dan dengannya Allah SWT mengamanahkan bumi beserta isi kehidupannya kepada manusia, maka manusia merupakan wakil yang memiliki tugas sebagai pemimpin dibumi Allah.
    Al-Ghozali melukiskan tujuan pendidikan sesuai dengan pandangan hidupnya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu sesuai dengan filsafatnya, yakni memberi petunjuk akhlak dan pembersihan jiwa dengan maksud di balik itu membentuk individu-individu yang tertandai dengan sifat-sifat utama dan takwa.
    Dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam, pada umumnya para ulama berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah ”untuk beribadah kepada Allah SWT”. Kalau dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa, maka dalam konteks pendidikan Islam justru harus lebih dari itu, dalam arti, pendidikan Islam bukan sekedar diarahkan untuk mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa, tetapi justru berusaha mengembangkan manusia menjadi imam atau pemimpin bagi orang beriman dan bertaqwa (waj’alna li al-muttaqina imaama).
    Untuk memahami profil imam atau pemimpin bagi orang yang bertaqwa, maka kita perlu mengkaji makna takwa itu sendiri. Inti dari makna takwa ada dua macam yaitu; itba’ syariatillah (mengikuti ajaran Allah yang tertuang dalam al-Qur’an dan Hadits) dan sekaligus itiba’ sunnatullah (mengikuti aturan-aturan Allah, yang berlaku di alam ini), Orang yang itiba’ sunnatullah adalah orang-orang yang memiliki keluasan ilmu dan kematangan profesionalisme sesuai dengan bidang keahliannya. Imam bagi orang-orang yang bertaqwa, artinya disamping dia sebagai orang yang memiki profil sebagai itba’ syaria’tillah sekaligus itba’ sunnatillah, juga mampu menjadi pemimpin, penggerak, pendorong, inovator dan teladan bagi orang-orang yang bertaqwa.
C.    Tujuan Pendidikan Melalui Pendekatan Religi
    Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan.
    Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.
    Berkenaan dengan tujuan pendidikan Islam, World Conference on Muslim Education (Hasan Langgulung, 1986) merumuskan bahwa : “ Education should aim at balanced growth of the total personality of man through Man’s spirit, intelellect the rational self, feelings and bodily senses. Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects, spirituals, intelectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of Muslim Education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large.”
    Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan tentang tujuan umum pendidikan Islam yaitu muslim yang sempurna dengan ciri-ciri :
a.    memiliki jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan;
b.    memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu menyelesaikan secara cepat dan tepat; mampu menyelesaikan secara ilmiah dan filosofis; memiliki dan mengembangkan sains; memiliki dan mengembangkan filsafat dan
c.    memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT. Dengan sukarela melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya dan hati memiliki hati yang berkemampuan dengan alam gaib.
    Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan substansi pendidikan lainnya, seperti tentang sosok guru yang islami, proses pembelajaran dan penilaian yang islami, dan sebagainya. (selengkapnya lihat pemikiran Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam).
    Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan memliki hubungan komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.    Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim yang sadar akan tujuan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid (hamba). Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata, selain itu dalam setiap gerak langkahnya selalu bertujuan memperoleh ridho dari Yang Maha Kuasa.
2.    Pendidikan Islam mempunyai misi membentuk kader-kader khalifah fil ardl yang mempunyai sifat-sifat terpuji seperti amanah, jujur, kuat jasmani dan mempunyai pengetahuan yang luas dalam berbagai bidang. Diharapkan akan terbentuk muslim yang mampu mengemban tugas sebagai pembawa kemakmuran di bumi dan “Rahmatan Lil Alamin“.
3.    Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani serta moral yang tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat.
B.    Saran
    Semoga dengan pembahasan makalah kami diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam pembahasan maupun penulisan makalah kami. Terimakasih.


DAFTAR PUSTAKA
1.    Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam. Bandung: Rosda Karya
2.    Ali Saifullah.HA. 1983. Antara Filsafat dan Pendidikan: Pengantar Filsafat Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
3.    Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi ( Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1974)Al-Ikhlash, Sulaiman Al-Asyqor, dar An-Nafais.
4.    Departemen agama, al-Qur’an dan Tafsirnya ( Jakarta: Proyek pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 1990).
5.    Fawaid Al-Fawaid, Ibnul Qoyyim, tahqiq Syaikh Ali Hasan, Dar Ibnul Jauzi.
6.    Hasan Langgulung, 1986. Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
7.    Shihab, M.Quraish, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2001)
8.    Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1992)
9.    http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com/2011/11/makalah-tafsir-tujuan-pendidikan-qs-al.html

Tidak ada komentar: