Sabtu, 23 Maret 2013

Psikologi pendidikan-1

Mata Kuliah     : Pysicology Pendidikan
Judul Review    : PENGGUNAAN STRATEGIRELAKSASI UNTUK MEMBANTU SISWA MENGURANGI PERASAAN CEMAS DALAM SITUASI KOMUNIKASI INTERPERSONAL

A.    Latar Belakang
Perasaan cemas dapat dialami siapa saja, baik anak – anak, remaja dan orang tua. Perasaan cemas dapat muncul pada saat kita menghadapi sesuatu yang kita anggap penting, memasuki situasi yang baru dan cemas terhadap tanggapan mengenai hasil tindakan kita. Perasaan cemas juga sering muncul di lingkungan sekolah, dan perasaan tersebut menyebabkan siswa tidak nyaman dan tidak tenang.
Disamping itu, komunikasi interpersonal merupakan modal utama dalam berinteraksi atau bersosialisasi dimanapun kita berada. Oleh karena itu sangat ada kaitannya antara kecemasan dan komunikasi. Dan karena komunikasi tersebutlah terkadang siswa ataupun orang dewasa mengalami kecemasan dalam berinteraksi dengan orang lain ataupun terhadap lingkungan sekitar. Karena komunikasi merupakan sarana kegiatan yang tidak bias di tinggalkan dalam berhubungan, dan tidak ada kegiatan yang dilakukan manusia tanpa disertai dengan proses komunikasi.
Siswa yang mengalami kecemasan dalam berkomunikasi cenderung mengalami berbagai gangguan fisik maupun psikis. Dan melihat dampak yang terjadi karena mengalami kecemasan maka dibutuhkan bimbingan dan konseling dalam meminimalisir atau mengurangi rasa cemas pada siswa dalam proses komunikasi interpersonal. Karena itu perlu adanya penanggulangan dengan melakukan strategi khusus yaitu strategi relaksasi.
Menurut beberapa ahli strategi tersebut mampu mengurangi rasa cemas pada siswa. Dan untuk membuktikannya maka di perlukan penelitian tentang bagaiman cara mengurangi kecemasan dalam berkomunikasi interpersonal,  metode apa saja yang digunakan, dan bagaimana hasilnya setelah melakukan terapi dengan strategi relaksasi.

B.    Pembahasan
Kecemasan merupakan masalah yang biasa terjadi pada setiap manusia dan dalam segala sesuatu. Banyak tokoh mendefinisikan pengertian kecemasan. Menurut Atkinson (1991), “kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda”. Menurut Gunarsa (1990), “kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang dipakai untuk menunjukkan respon emosional yang tidak sesuai dengan keadaan yang menimbulkan rasa takut” dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan adanya perasaan takut, gelisah, dan tegang, serta rasa ragu atau tidak berani terhadap hal-hal yang konkret dan hal-hal yang tidak jelas.
Menurut beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa kecemasan ada beberapa macam, yaitu kecemasan nyata, kecemasan neurotic, kecemasan moral, kecemasan sebagai suatu sifat, kecemasan sebagai suatu keadaan, kecemasan umum dan kecemasan fobia. Sedangkan kecemasan komunikasi interpersonal termasuk kecemasan umum karena sering muncul di kehidupan sehari-hari.
Ada beberapa gejala kecemasan yang dipaparkan beberapa para ahli diantaranya yaitu: adanya perasaan takut, panik, gangguan perut, sesak nafas, perubahan ekspresi muka, gelisah, gangguan tidur, detak jantung agak keras, nafas yang memburu, keluar keringat, pingsan, sulit konsentrasi, nafsu makan hilang, tubuh gemetar, tingkah laku agresif dan lain sebagainya. Kecemasan biasanya timbul karena dampak keadaan yang mencekam (menurut catell :dalam alwisoll, 2004), seseorang tidak mampu menyesuaikan diri dengan dirinya, dengan orang lain dan lingkungan sekita (Daradjat :1989), seseorang yang sangat sadar dengan ketidak sesuaian dalam dirinya (Menurut Rogers : dalam Alwisol, 2004).
Kecemasan sering menimbulkan dampak yang buruk dalam diri seseorang diataranya yaitu: kesulitan dalam pergaulan dan mengalami perasaan takut yang hebat sebelum mulainya serangan tersebut (Gunarsa: 2004), sistem saraf otonom menyebabkan tubuh bereaksi secara mendalam (Sobur : 2003), menghambat perkembangan hubungan interpersonal (Alwisol : 2004).
Komunikasi adalah sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku si penerima. Sedangkan interpersonal yaitu melingkupi semua manusia atau antara personal atau pribadi. Jadi Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih, dimana setiap pihak dapat bertindak sebagai komunikator sekaligus komunikasi yang di dalamnya terjadi proses penyampaian dan penerimaan pesan secara nyata dalam mengubah sikap, pendapat dan pesan seseorang.
Beberapa ciri komunikasi antarpribadi yang biasa terjadi yaitu: ciri spontanitas, terjadi sambil lalu dengan media utama adalah tatap muka, tidak mempunyai tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu, terjadi secara kebetulan diantara peserta yang identitasnya kurang jelas, dan mengakibatkan dampak yang disengaja atau tidak disengaja, kerapkali berbalas – balasan. Dan syaratnya hubungan tersebut paling sedikitnya dua orangdengan hubungan yang bebas dan bervariasi, ada keterpengaruhan, harus membuahkan hasil, dan menggunakan lambang – lambang bermakna.
Dalam komunikasi diperlukan suatu proses timbal balik yang aktif antara dua individu atau lebih dalam memberi dan menerima informasi sehingga terjadi saling pengertian dan tidak menimbulkan hambatan dalam berkomunikasi baik komunikasi antarpribadi, komunikasi umum atau komunikasi massa.  Istilah hambatan komunikasi (communication apprehension) mencakup kondisi yang lebih luas, yaitu kecemasan komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok atau komunikasi massa. Dalam penelitian ini yang akan ditekankan adalah pada kecemasan komunikasi antapribadi.
Burgoon dan Ruffner (dalam Anwar, 2008) mengemukakan tentang beberapa cirri kecemasan komunikasi antar pribadi, yaitu:
a.    Unwilingnes atau ketidak sediaan untuk berkomunikasi yang ditandai oleh kecemasan, intoversi, rendahnya frekuensi partisipasi dalam berbagai situasi komunikasi.
b.    Avoiding atau penghindaran dari partisipasi karena pengalaman komunikasi yang tidak menyenangkan, dengan indikasi: kecemasan, kurangnya pengenalan situasi komunikasi yang mempengaruhi intimasi dan empati.
c.    Control atau rendahnya pengendalian terhadap situasi komunikasi, yang terjadi karena: factor lingkungan, ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan individu yang berbeda, reaksi lawan bicara.
Relaksasi adalah salah satu teknik dalam terapi perilaku. Dan menurut pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa relaksasi adalah salah satu strategi dalam konseling yang merupakan suatu proses pembebasan mental dan fisik dari berbagai teknik sehingga dihasilkan keadaan yang lebih tenang. Dalam hal ini berhubungan dengan ketegangan dalam berkomunikasi interpersonal. Burn (dalam Subandi.dkk, 2003) melaporkan beberapa keuntungan dari relaksasi antara lain :
a.    Mengurangi tingkat kecemasan
b.    Relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu dan oprasi.
c.    Meningkatkan penampilan kerja, social, dan keterampilan fisik. Dll.
Ada beberapa macam bentuk relaksasi diantaranya yaitu:
a.    Relaksasi otot bertujuan mengurangi ketegangan dan kecemasan dengan cara melemaskan otot-otot badan. Ada tiga macam relaksasi otot (Borkovec,1973.et.all :dalam Subandi dkk, 2005) yaitu: Tension relaxation,letting go, dan difrential relaxation.
b.    Relaksasi kesadaran indra, dikembangkan oleh Goldfried, 1976 (dalam Subandi, dkk, 2003).
c.    Relaksasi melalui Hipnosa, Yoga dan Meditasi yang bertujuan agar seseorang dapat memiliki perkembangan Insight yang paling dalam tentang proses mental di dalam dirinya.
Hal – hal yang perlu di perhatikan dalam melakukan relaksasi (menurut Bernstein dan Borkovic, 1973,et,all : dalam subandi.dkk, 2002) yaitu :
a.    Latihan relaksasi merupakan suatu keterampilan yang harus di pelajari.
b.    Selama fase permulaan latihan relaksasi dapat dilakukan paling sedikit 30 menit setiap hari.
c.    Dianjurkan latihan relaksasi tidak dilakukan satu jam sebelum tidur.
d.    Relaksasi akan menjadi efektif apabila relaksasi dilakukan sebagai metode kontrol diri. Dll.
Tahapan – tahapan relaksasi diantaranya yaitu: Rasional, petunjuk tentang berpakaian, menciptakan suasana yang nyaman, permodelan oleh konselor, petunjuk untuk melakukan relaksasi, penilaian pasca relaksasi , pekerjaan rumah dan tindak lanjut.
Dengan metode relaksasi yang diterapkan dan berdasarkan hasil post-test yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa antara sebelum dan sesudah melakukan strategi relaksasi terdapat perubahan terhadap kecemasan komunikasi interpersonal  pada siswa. Dan itu menunjukkan bahwa strategi ini cukup membantu untuk mengurangi atau meminimalisir kecemasan komunikasi interpersonal   yang terjadi pada siswa.

C.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan statistit non parametik yaitu uji Wilcoxon untuk membandingkan Pre-test dan Post-test dapat diketahui terdapat perbedaan tingkat kecemasan komunikasi interpersonal yang dialami siswa kelas X antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan strategi relaksasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi relaksasi dapat  digunakan untuk membantu m,engurangi kecemasan komunikasi interpersonal siswa kelas.